PERPOLITIKAN di Thailand diwarnai penampilan Pauline Ngarmpring. Dia adalah sosok perempuan transgender pertama yang mengatakan siap menjadi perdana menteri Negeri Gajah, seperti dilansir laman Channel News Asia, baru-baru ini.
Perempuan paruh baya itu saat ini tengah getol berkampanye dan melakukan lobi politik strategis, agar tujuannya dapat tercapai. Di sisi lain, ia kerap menjadi sorotan media karena keputusan beraninya dalam kancah politik. Ia mengaku telah lama memiliki minat dalam perpolitikan, dan sempat mendapatkan tawaran untuk bergabung dengan parpol tertentu. “Politik adalah minat saya sejak lama, dan sebagai seorang pria, saya sering diundang untuk bergabung dengan partai politik. Tapi saya tidak berada dalam kerangka berpikir yang benar sampai setelah saya beralih,” katanya. Meskipun sangat berani untuk menjadi kandidat perdana menteri, ia masih khawatir dengan tanggapan publik.
“Sebagai seorang wanita, aku merasa nyaman dan tidak memiliki apa pun untuk disembunyikan. Aku siap, tetapi apakah orang siap untuk menerima kandidat transgender?” katanya saat ditanya terkait kesanggupannya menjadi kandidat perdana menteri. Saat ini, Ngarmpring adalah salah satu dari tiga kandidat perdana menteri dari Partai Mahachon, dan tidak dianggap sebagai calon terdepan. Meskipun bukan kandidat utama, Ngarmpring selalu mendapatkan dukungan dari komunitas LGBT dan aktivis kesetaraan gender. Ia dinilai akan mengukir sejarah di Thailand. “Pencalonannya sangat penting karena dia menantang norma tradisional gender dan seksualitas,” kata Anjana Suvarnanda dari Anjaree Group, sebuah organisasi hak asasi LGBT. (sbr/*)

redaksikomentaren@gmail.com