KEKUATAN udara militer Indonesia yang dimiliki TNI Angkatan Udara (AU) terbilang mumpuni. Menurut catatan, dari jet tempur tipe F-16 saja, Indonesia saat ini memiliki sedikitnya 33 unit legenda berjuluk Fighting Falcon tersebut.
Artinya, dari segi jumlah sudah melebihi satu skuadron. Selain F-16 Viper yang direncanakan sebanyak dua skuadron, Indonesia juga membidik jago dog fight lainnya dari Timur, yaitu Sukhoi Su-35 yang disebut-sebut sebanyak 11 unit.
Mesin perang matra udara ini diproyeksikan mengisi kekuatan TNI AU pada 2020—2024. Mengacu pada survei Global FirePower 2019, kekuatan jet tempur Indonesia tercatat sebanyak 41 unit dan 65 unit pesawat serang. Survei yang sama juga menyebutkan bahwa kekuatan militer Indonesia menduduki peringkat 16 dunia dari 137 negara yang diteliti dan di posisi 9 untuk kawasan Asia.
Menariknya, ada tiga putera Sulut yang memegang komando strategis di TNI AU untuk perang udara jika Negara harus berperang. Pertama, adalah Marsekal Pertama Ronny Irianto Moningka. Pejabat Tinggil Militer TNI AU ini adalah Komandan Lanud Roesmin Nurjadin yang merupakan pangkalan TNI AU terbesar di Sumatera.
Moningka adalah sosok yang mengerahkan empat pesawat tempur F-16 ke perairan Natuna ketika Indonesia bersitegang dengan China di wilayah tersebut.
Selain Moningka, putera terbaik Sulut lainnya yang memegang jabatan strategis adalah Marsekal Pertama TNI Hesly Paat. Pria kelahiran Manado 9 September 1967 ini adalah Komandan Lanud Abdul Rachman Saleh, salah satu dari lima pangkalan militer AU terbaik di Indonesia.
Sedangkan putera Sulut lainnya, adalah Kolonel Pnb Johny Sumaryana yang saat ini menjabat Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara Sam Ratulangi (Danlanudsri) Manado. Pangkalan TNI AU Sam Ratulangi memegang peranan penting dalam menjaga kedaulatan RI di wilayah Sulawesi, terutama di daerah perbatasan yang berdekatan dengan Filipina. (sbr/rik)

redaksikomentaren@gmail.com