SEEKOR Manguni betina terbang melintasi langit Kota Manado….
Sosok Patung Yesus Memberkati, menarik perhatiannya untuk bertengger. Dan tak hanya bertengger, si Manguni ini masuk ke pintu kecil untuk bisa bertengger ke dalam patung.
Pintu kecil itu merupakan akses menuju bahu patung. Untuk naik ke atas, ada tangga besi. Beberapa orang sudah pernah naik sampai di pundak patung. “Untuk naik perlu keberanian, karena di atas patung bergerak-gerak,” ungkap Sonny Panekenan yang mengaku sudah tiga kali naik di bahu patung.
Orang lainnya yang pernah memanjat patung setinggi 50 meter itu adalah Pdt Johan Manampiring, ketika mendoakan ikonik tersebut sebelum diresmikan.
Balik ke Manguni tadi. Tak hanya berteduh, dia kemudian bertelur. Ada kehidupan baru, sepeninggalan Manguni betina tadi. Singkat cerita, di dalam patung itu tumbuh seekor Manguni remaja.
Sayang pada suatu waktu, si Manguni remaja ini ditangkap orang ketika sedang bertengger di “rumahnya” dalam patung. Dan kini tidak diketahui lagi bagaimana nasibnya….
Beberapa tahun sebelum kisah Manguni ini, ada seorang pria yang terbang dgn pesawat di atas Kota Manado. Dari jendela pesawat dilihatnya keindahan kota ini. Matanya kemudian tertuju pada sebuah obyek besar yg berdiri di puncak Warembungan. Sebuah salib raksasa…
Terinspirasi dari salib itu, pria bernama Ir Ciputra ini kemudian bertekad utk membuat ikon religius lainnya, yakni Patung Yesus Memberkati.
Pria berdarah Tionghoa asal Parigi Sulteng ini kemudian memanggil sahabatnya Hendra Gunawan. Gunawan adalah seniman terkenal asal Jawa Barat. Gagasan Ciputra pun direalisasi. Gunawan sbg seorang perupa, membantunya menyusun “part demi part” patung dari fiber tersebut.
Usai disusun, kepingan patung itu dikirim ke Manado. Perlu puluhan kontainer utk membawa kepingan patung itu. Istri Gunawan, Nuraini adalah wanita berjilbab. Nuraini ikut berperan atas rencana besar Ciputra dan Gunawan.
Nuraini bahkan tak segan2 naik ke atas patung agar kepingan demi kepingan patung tersambung dgn baik dan presisinya tepat. Itu dikisahkan orang Citraland. Kolaborasi ketiganya menghasilkan sebuah karya yg kemudian menjadi ikonik Kota Manado: Monumen Yesus Memberkati.
Patung ini sengaja dihadapkan ke arah kantor Gubernur di Jalan 17 Agustus, simbolik Tuhan memberkati pemerintahan di daerah ini.
Patung ini juga presisinya diukur, sehingga bisa berada di tengah secara tepat, membelah kawasan ekonomi Megamas, simbol kemajuan perekonomian daerah ini…
Ketika patung ini berlumut dan kotor…datang 8 warga asal Jogja. Mrk mengarungi lautan dan mempertaruhkan nyawa di seutas tali demi mengecat patung Yesus Memberkati di ketinggian 50 meter. Itu dilakukan para wong Java itu, ketika pihak Citraland kesulitan mendapatkan pekerja lokal yg berani melakukannya…
Kini, hampir setiap hari turis asal luar, terutama Cina datang untuk foto dgn latar Monumen Yesus Memberkati. Mrk mengagumi ikon Sulut ini, padahal mrk umumnya penganut non-agama. Patung ini mendunia, dimana di negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, berdiri patung Yesus dalam posisi melayang tertinggi dan terbesar di dunia.
Ini ibarat harta karun yang dimunculkan lewat gagasan, ide dan keinginan tulus Ciputra dibantu sahabatnya Hendra Gunawan dan istri. Mereka bukan lahir di daerah ini, namun telah meninggalkan maha karya untuk daerah ini. Kerjasama mrk merupakan simbolik kerukunan dari beragam etnis dan agama yang melahirkan sebuah karya.
Dimana sebenarnya harta karun terbesar di Sulut? Mungkin kita akan menjawab emas di Toka Tindung yang dikeruk PT Meares Soputan Mining, atau emas di Buyat yang dieksploitasi Freeport. Atau mungkin di Pulau Bangka (Minut) yang mengandung batu/biji besi yang getol ingin diolah perusahaan tambang besar asal Cina.
Mungkin juga di wilayah perairan Sulut yang kaya akan sumber perikanan dan hewan laut, sehingga kapal-kapal asal Filipina, Vietnam dan Thailand berani mengambil resiko masuk ke wilayah
perairan negara lain secara ilegal. Jawaban ini sah-sah saja.
Tapi sebenarnya “Harta Karun” itu terbanyak ada di kuburan. Di sana tersimpan banyak ide, gagasan dan pemikiran yang tak sempat diwujudkan para penghuninya sewaktu hidup. Harta-harta karun itu terkubur bersama pemiliknya, karena mereka takut gagal dan tak memiliki semangat untuk mewujudkannya.
Monumen Patung Yesus Memberkati, adalah “harta karun” yang berhasil diwujudkan lewat ide dan gagasan seorang Ir Ciputra. Inilah sosok Manguni sejati, yang mau berkarya untuk tanah Toar Lumimuut ini.
Kini sang penggagas dan sponsor utama berdirinya Patung Yesus Memberkati, Ir Ciputra telah dipanggil Tuhan. Chairman dan Founder Ciputra Group ini menghembuskan nafasnya di Singapore tgl 27 November 2019 pk 1:05 dini hari, waktu Singapore. Ciputra pergi untuk selamanya. Namun legacynya membuat kita selalu ingat ada orang hebat bernama Ciputra. Rest in Peace ! (frikopoli)

redaksikomentaren@gmail.com