oleh

Murid SMP di Ehe Jadi “Buruh Bangunan”

AIRMADIDI – Sejak beberapa hari terakhir beredar video di media sosial yang menunjukkan sejumlah anak SMP tampak mengangkat balok kayu ke sebuah rumah.
Berdasarkan informasi yang diterima Komentaren, video tersebut merupakan video sejumlah murid SMP Nasional Kahuku di Desa Ehe Pulau Bangka Kecamatan Likupang Timur. Mereka mengangkut kayu 1 kubik dari pantai ke rumah kepala sekolah dari pantai melewati jalan menanjak atas perintah kepala sekolah saat jam sekolah.
Tak pelak video yang direkam Jumat (01/03) lalu tersebut menimbulkan beragam tanggapan dari netizen. Apalagi disebut-sebut kalau kejadian murid disuruh mengangkut kayu ini sudah kedua kalinya. Salah satu netizen yang juga aktivis Minut William Luntungan mengatakan kalau kejadian yang sama berulang terjadi maka hal itu sama sekali tak bisa dibiarkan. “Kl so berulang2 mslh yg sm berarti nimbole ks biar, musti investigasi,kl btl tu murid srh kerja bakti for kepentingan pribadi musti ada sanksi,apalagi pas jam belajar (Kalau sudah berulang-ulang masalah yang sama berarti tak bole dibiarkan. Musti diinvestigasi. Kalau betul para murid disuruh kerja bakti untuk kepentingan pribadi harus ada sanksi tegas apalagi bertepatan jam belajar, red),” katanya.
Kalangan DPRD Minut juga menyayangkan adanya kejadian tersebut. “Menurut saya, tugas murid itu belajar bukan disuruh mengangkat kayu,” kata legislator Edwin Nelwan SP saat dimintai tanggapannya.
Sekda Minut Ir. Jemmy Kuhu MA pun angkat bicara atas masalah ini. “Kejadian ini kan sudah kedua kalinya. Jadi kami sudah melayangkan surat panggilan kepada kepsek untuk dimintai keterangan,” ujar Sekda.
Saat dikonfirmasi via ponsel Senin (18/03) sore, Kepsek Lansus Ruitang SPd menjelaskan para murid mengangkut kayu tersebut merupakan bagian dari pendidikan bergotongroyong. “Ini bagian dari pendidikan bagaimana bergotong royong kepada para siswa. Sebab budaya gotong royong di desa ini sangat kuat tak seperti di kota. Saya hanya minta tolong dan tak ada paksaan dan para murid juga bersedia,” ujarnya.
Ruitang menambahkan kayu yang diangkat merupakan kayu gomu berukuran 5×8 cm untuk pembangunan gereja KGPM di desa. “Kontribusi gereja sangat besar bagi sekolah ini. Baik bagi guru dan anak-anak. Dan jarak dari pantai ke rumah saya hanya 100 meter dan dari rumah saya jarak ke gereja 150 meter. Intinya ini bagian dari pendidikan gotong royong dan tak asa unsur pemaksaan,” pungkas kepsek.
Sebelumnya Sekda Kuhu sendiri pada 24 Oktober 2017 silam pernah mendatangi sekolah tersebut bersama Plt. Kadis Pendidikan saat itu Sofitje Wolayan, Kadis Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Jofieta Supit, Camat Likupang Timur Doni Rondonuwu.
Kedatangan mereka untuk mendengarkan langsung pengaduan para orangtua murid terhadap dugaan eksploitasi anak mereka di sekolah itu untuk kepentingan pribadi kepsek. “Saya minta ini tak terulang kembali karena ini sangat memalukan institusi Pemerintahan Minut. Dengan adanya pertemuan ini saya harapkan persoalan ini sudah selesai,” tegas Sekda saat itu. Bahkan kepsek waktu itu berjanji tak akan mengulang kembali perbuatannya.(art)