PESAWAT Garuda jenis ATR 726-600 dengan nomor penerbangan GA 6401 landing mulus di Bandara Fransico Bangoy, Davao City—Filipina, Pukul 01.15 siang, Jumat (27 September 2019). Ini adalah penerbangan langsung perdana rute Manado-Davao, setelah rute tersebut terakhir ditutup Mei 2007 silam. 12 tahun lamanya rute penerbangan ini tertidur !
Garuda adalah maskapai penerbangan Indonesia keempat yang melayani rute langsung Manado-Davao PP. Sebelumnya Bouraq pernah melakukan chartered flights di tahun 1988 yang kemudian ditingkatkan menjadi penerbangan regular tahun 2002. Sayangnya Bouraq ‘pensiun’ melayani jalur ini pada tahun 2004.
Kemudian datang Merpati yang melakukan penerbangan tahun 2005. Sayangnya, hanya setahun Merpati bertahan dan 2006 rute ini ditutup. Hal yang sama juga dilakukan Sriwijaya Airlines yang mencoba peruntungan rute tersebut pada November 2006. Tapi lagi-lagi, penerbangan ini dihentikan pihak maskapai. Sriwijaya hanya mampu bertahan hingga Mei 2007. Salah satu alasannya, load factor yang belum sesuai harapan.
Sejak saat itu, tidak ada lagi maskapai yang berani melayani rute ini secara reguler. Namun setelah 12 tahun lamanya ‘tertidur’, Maskapai terkemuka tanah air, Garuda Airlines memberanikan diri membuka kembali penerbangan yang memakan waktu 1 jam 40 menit itu.
Keberanian Garuda menghidupkan kembali rute ini tergolong mengejutkan. Kenapa mengejutkan? Pasalnya ekspansi Garuda membuka rute internasional ini, dilakukan pada saat Garuda sedang dihantam masalah internal, yakni ‘berseteru’ dengan Sriwijaya Air serta adanya dugaan kasus suap mantan petinggi Garuda yang sedang diusut KPK.
Garuda ‘ngebet’ membuka rute ini tentunya setelah melalui survei yang matang. Dan pasti Garuda tidak ingin mengulangi kegagalan maskapai-maskapai sebelumnya untuk mempertahankan konsistensi penerbangan reguler tersebut.
Jika hanya melirik pasar jumlah penduduk Davao (1,6 juta) dan Sulawesi Utara (2,5 juta), tentunya Garuda tidak akan seberani ini. Salah satu alasan menggiurkan kenapa membuka jalur ini, karena ‘keseksian’ Davao yang kini tumbuh menjadi daerah pariwisata yang lagi booming di Filipina. Per Mei 2019, kunjungan turis di Davao mencapai 1 juta lebih.
Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) juga tak kalah mentereng. Sulut di bawah nakhoda ODSK (Olly Dondokambey-Steven Kandouw) malah dinobatkan sebagai The Rising Star sektor pariwisata Indonesia, karena mampu mendorong pertumbuhan kinerja pariwisatanya hingga 600 persen dalam empat tahun terakhir.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, pariwisata Sulawesi Utara (Sulut) memiliki pertumbuhan tertinggi. Dalam empat tahun terakhir yakni tumbuh sebesar 6 kali lipat atau 600 persen sehingga layak mendapat penghargaan sebagai ‘The Rising Star’. Penghargaan sebagai The Rising Star Pariwisata ini diberikan pada event Jakarta Marketing Week 25 April 2019. Dan kini Sulut masuk 5 daerah super prioritas destinasi pariwisata di Indonesia.
Manado-Davao kini tercatat sebagai penerbangan internasional regular kedua di Sulut, setelah rute Manado-Singapura yang dilayani Silkair. Koneksi Manado-Davao ini akan menjadi trigger ‘jalur sutera’ penerbangan internasional lainnya, mengingat Bandara Fransico Bangoy Davao telah memiliki sejumlah rute penerbangan internasional regular.
Cathay Dragon dan Xiamen Airlines telah melayani penerbangan internasional langsung ke dan dari Kota Davao pada kuartal keempat tahun 2018. Cathay Dragon melintasi Hong Kong-Davao, dan Xiamen Airlines meluncurkan rute Quanzhou (Jinjiang) -Davao-Quanzhou. Bahkan yang lebih spektakuler, salah satu maskapai terbaik dunia, yakni Qatar Airways telah meluncurkan penerbangan antara hubnya di Doha, Qatar dan Kota Davao (Doha-Clark-Davao-Doha) menggunakan Boeing 787. Ini adalah penerbangan jarak jauh pertama yang dioperasikan ke dan dari Kota Davao.
Davao memiliki akses untuk mendulang turis dari Timur Tengah dan Eropa ! Belum lagi akses lokalnya yang cukup booming yakni rute Cebu-Davao yang dilayani Philippine Airlines dan Cebu Pacific. Frekwensi penerbangan ini terus ditingkatkan seiring tingginya permintaan penumpang. Fransisco Bangoy Airport ini telah melayani 4,4 juta penumpang per tahun. Wow !
Inilah ‘permata’ yang dilirik Garuda dari Kota Elang. Davao dikenal sebagai “eagle city” karena memiliki taman burung elang dan elang di Davao adalah salah satu yang tertua, terunik dan terbesar di dunia setelah eagle di AS. Tak heran Filipina menjadikan Davao sebagai The Philippine Eagle Center.
Tak hanya Garuda tentunya. Sulawesi Utara berpeluang besar ‘menangkap’ turis dari jalur Davao-Manado. Terlebih turis Amerika Serikat, Korea dan Jepang serta China yang mendominasi wisatawan di Davao.
Oleh sebab itu, tak berlebihan ketika Wakil Gubernur Sulut, Steven Kandouw optimis bahwa rute yang bangun setelah 12 tahun tidur itu, akan memberikan gairah baru dan mendatangkan manfaat besar bagi perkembangan daerah Sulawesi Utara (Sulut), khususnya di bidang investasi dan pariwisataan.
Kandouw berpesan kabupaten kota se-Sulut juga harus menangkap peluang ini, sekaligus bekerja keras mempertahankan kontinuitas rute ‘jalur sutera’ udara tersebut. “Pesan Pak Gubernur Olly Dondokambey, semua masyarakat harus bisa memanfaatkan kehadiran penerbangan ini,” ungkap Kandouw yang juga menjadi salah satu penumpang dalam penerbangan perdana Garuda Manado-Davao PP itu.
Seandainya Dr Sam Ratulangi (pahlawan nasional Indonesia) dan Dr Jose Rizal (pahlawan nasional Filipina) masih hidup. Mungkin kedua orang hebat dan jenius ini akan tersenyum, karena prediksi keduanya tentang Mindanao dan Sulut akan menjadi gate di Asia Pasifik.
Sulut dan Davao akan sangat diuntungkan, dan tanda-tanda itu sudah terlihat seiring booming kunjungan wisatawan di kedua daerah. Berikut tingginya pertumbuhan ekonomi di kedua daerah, dimana Davao (8,6%) dan Sulut (6,01) di tahun 2018, laju pertumbuhan ekonominya di atas rata-rata nasional di negaranya masing-masing. Ke depan, baik Davao dan Sulut akan semakin bergeliat ekonominya, karena kedua daerah ini mendapat support penuh presiden kedua Negara.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte sangat ‘menganakemaskan’ Davao, daerah dimana dia lahir dan pernah menjadi kepala daerah. Bahkan dia kerap menjadikan Davao sebagai ‘homebase’ bersama Metro Manila dalam menjalankan pemerintahan.
Sedangkan Sulut di mata Jokowi juga terbilang istimewa. Lima tahun memimpin Negara ini, lima kali pula Jokowi datang ke Sulut dan selalu memberi ‘tanda mata’ berbagai mega proyek infrastruktur. Dan keduanya telah merealisasikan kerjasama perdagangan Davao/Gensan-Bitung/Sulut dengan dibukanya ‘jalur sutera’ perdagangan laut yang kini ditambah ‘jalur sutera’ udara, Manado-Davao. (friko poli)

redaksikomentaren@gmail.com