KOMENTAREN.NET, Amurang – Politik di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) kian memanas, jelang Pilkada Tahun 2020.
Dimana sejumlah nama bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Minsel, mulai ramai di perbincangkan di kalangan masyarakat. Seperti Michaela Elsina Paruntu (MEP), Frangky Donny Wongkar (FDW), Asiano Gemmy Kawatu (AGK), Franky Pasla, Royke Sondakh, Verna Ingkiriwang, Ricky Tumandoek, Billy Lombok dan sejumlah nama lainnya.
Menurut pengamat Politik dan Pemerintahan Sulut Ferry Liando mengatakan, untuk sementara peta politik Minsel sepertinya terfokus pada dua kekuatan politik besar yakni PDIP dan Golkar.
Selain mendominasi perolehan suara pemilu 2019, kedua parpol ini memenuhi syarat mengusung calon Kepala Daerah tanpa harus koalisi.
“UU nomor 10 thn 2016 tentang Pilkada menyebutkan bahwa, suara Parpol mengusung calon Kepala Daerah adalah Parpol yang memiliki 20 persen kursi dari jumlah total kursi di DPRD atau setara dengan 25 persen suara hasil pemilu,”ujarnya.
Diakuinya, dengan hasil maksimal dari PDIP dan Golkar, maka kemungkinan yang bisa terjadi pada Pilkada 2020 adalah, jika PDIP dan Golkar berkoalisi, maka pemenang Pilkada sudah langsung ketahuan sebelum kompetisi di mulai.
“Kalau memang PDIP dan Golkar berkoalisi Pilkada 2020 di Minsel, pasti pemenangnya sudah terlihat sebelum kompetisi dimulai,”jelasnya.
Tapi menurutnya, jika PDIP atau Golkar akhirnya tidak berkoalisi dan saling berhadapan, maka sulit memprediksi calon dari Parpol mana dari keduanya yang bisa dominan.
“Kemungkinan besar yang akan menentukan adalah siapa wakil Kepala Daerah yang bisa dipaketkan. Jika nama-nama yang muncul seperi Franky Wongkar (PDIP) dan Mika Paruntu (Golkar), maka kompetisi ini sangat seimbang,”pungkas akademisi Universitas Sam Ratulangi.
Namun, dilihat dari kekuatan keduanya akan sangat ditentukan oleh siapa pasangan mereka sebagai wakil Kepala Daerah. Salah memilih pasangan calon Wakil Bupati maka akan terancam. Jadi kunci pemenangan dari keduanya adalah sangat ditentukan oleh dengan siapa mereka berpasangan.
“Tokoh-tokoh dari wilayah bagian selatan Minsel kemungkinan akan menjadi incaran dari dua calon ini. Sisa kursi yang bukan berasal dari kedua parpol besar itu masih memungkinkan, tapi syaratnya harus berkoalisi. Jika Nasdem dan Demokrat menjadi pemimpin koalisi dari parpol pemilik kursi sisa, maka kompetisi di Minsel akan jadi menarik,”tukas Pria Kelahiran Malola, 25 Mei 1974.(vil)

redaksikomentaren@gmail.com