KOMENTAREN.NET – Anggota DPRD Sulut, Yusra Al Habsyi mempertanyakan Pentas seni pagelaran teater di Pingkan Matindas “Cahaya Bidadari Minahasa” yang dipentaskan Institut Seni Budaya Independen Manado (ISBIMA), di gedung eks-kantor DPRD Sulawesi Utara (SULUT), beberapa waktu lalu.
Anggota Komisi IV Bidang Kesra ini sangat menyayangkan apa yang terjadi dalam pentas seni tersebut karena dinilai sebagai salah bentuk perbuatan yang tidak baik terhadap leluhur Mongondow yakni, Raja Loloda Mokoagow
“Ini sudah mengundang unsur RAS dan pelecehan dari pada pendahulu kami dari raja Loloda Mokoagow. Saya sangat menyayangkan, yang bisa terjadi ada hubungan yang begitu baik di Sulut, diantaranya Minahasa dan Bolmong yang tidak pernah saya baca sejarah ada pertempuran atau pertengkaran apalagi perebutan wanita di sulut antara raja Mongondow dengan perempuan dengan masyarakat Minahasa. Tapi ini ditampilkan dalam seni yang penuh problem.” ujar Yusra saat Paripurna dalam rangka penyampaian Rancangan Peraturan Daerah sekaligus Penandatanganan Nota kesepakatan KUA – PPAS APBD thn 2021 Provinsi Sulut, Kamis (12/11).
Politisi dapil Bolmong Raya ini mempertanyakan sikap Kadis Kebudayaan yang saat itu hadir tapi tidak melakukan klarifikasi.
“Ini yang membuat saya geram dimana ada dari dinas kebudayaan provinsi sulut tapi tidak ada klarifikasi oleh pemerintah provinsi,”tegasnya.
Yusra pun berharap agar Pjs Gubernur Agus Fatoni agar bisa tegas kepada Kepala Dinas Kebudayaan sulut karena paskah kejadian tersebut tidak ada upaya menetralisasi isu yang berkembang di tingkatan masyarakat.
Selain itu dirinya meminta agar pemerintah provinsi bisa menfasilitasi anggaran khusus dalam rangka untuk membuat cerita rakyat dalam konteks kebudayaan di sulut serta keharmonisan kita di sulut.
Atas interupsi yang dilakukan oleh Yusra tersebut, DPRD telah mengagendakan untuk RDP dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Sulut.(mon)

redaksikomentaren@gmail.com