oleh

Dosen Ini Kupas Tuntas Makna Tarian Lily Royor, Maengket dan Mah’zani

Penulis: Dr. Victorien Katuuk, M.Hum dan Dr. Rina P. Pamantung, M.Hum

 
Komentaren.net-.Tarian Lily Royor, Maengket dan Mah’zani merupakan budaya asli Minahasa. Oleh karena itu, tujuan tulisan ini adalah mengulas lirik tarian Lily Royor, Maengket , dan Mah’zani.

Terkait dengan itu, Minahasa sebagai wilayah terbesar di Provinsi Sulawesi Utara memiliki tradisi budaya tari-tarian yang sudah dikenal walaupun belum semua nama tarian diketahui dalam skala lokal, nasional, maupun internasional.

Nama tarian itu merupakan tarian yang asli dari Minahasa yaitu sebagai berikut, tarian Mahzani, tarian Maengket, tarian Marambak, tarian Makamberu, tarian Makaaruyen, dan tarian Lily Roror. 

Tarian itu sering diangkat sebagai penelitian oleh para peneliti bahasa dan budaya ataupun simpatisan terhadap budaya Minahasa.  Namun, kajian lebih mendalam tentang tarian di Minahasa masih perlu  dilakukan untuk melengkapi dokumentasi dalam rangka upaya  pemertahanan bahasa dan budaya. Selain itu, agar supaya warisan budaya Minahasa berupa tarian dapat diketahui oleh generasi muda.

Setiap tarian memiliki memiliki berbagai keunikan dan kekhasan tersendiri. Tarian Maengket paling dikenal masyarakat, padahal yang lebih dulu muncul yakni tarian Mahzani.

Sementara itu, tarian Lily Royor merupakan salah satu tarian yang hanya muncul di wilayah pemakaian bahasa Tonsea. Tarian Maengket muncul di seluruh wilayah Minahasa. Tarian yang muncul di wilayah Kotamadya Tomohon yakni tarian Mahzani.

Tarian Lily Royor, Maengket, dan Mahzani dianggap mewakili tarian di Minahasa  sebagai peninggalan warisan budaya yang perlu sekali untuk dicermati. Oleh karena itu, ketiga tarian itu diangkat sebagai topik dalam pembahasan kali ini agar kajian lebih mendalam untuk mendapatkan hasil yang akurat. Pembahasan difokuskan dalam bidang bahasa dan budaya.
 
Ada dua permasalahan yang dibahas yaitu,

1. Apakah bentuk lingual lirik tarian Lily Royor, Maengket dan Mahzani?

2. Bagaimana makna lirik tarian Lily Royor, Maengket dan Mah’zani.
 
METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan dalam rangka pemertahanan bahasa dan budaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif (Denzin & Norman, 2009) dengan pendekatan etnografi dan linguistic sinkronis.

Linguistik Antropologi yang menghubungkan bahasa dan budaya oleh Foley (1997), Sibarani (2004) ), serta Van Dijk (1985), dan Eriyanto (2009).  Teknik pengumpulan data mengikuti Sudaryanto (2015) untuk rekam dan menyadap data bahasa.

Peneliti melakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan deskriptif sebagaimana acuan dari (Spradley,1979). 

Pertanyaan deskripsi terdiri dari 5 pertanyaan inti seperti :

1. Pertanyaan grand tour,
2. Pertanyaan mini tour,
3. Pertanyaan contoh,
4. Pertanyaan pengalaman,
5. Pertanyaan bahasa asli.

Data lirik lagu tarian Lily royor, Maengket dan Mah’zani diidentifikasi dan dikualifikasi. Seteleh itu, dianalisis sesuai dengan teori yang sudah dipilih.

Teori Dasar Linguistik yakni, Morfologi, Sintaksis dan Semantik digunakan untuk menganalisis  lirik lagu Lili Royor , tarian Maengket, dan tarian Mahzani.

Teori Morfologi, menjelaskan satuan-satuan bahasa terkecil yang bermakna dari teori Nida (1949), Wouw (1971), dan Verhaar (2001). Teori sintaksis dari Givon (1981).

Sementara itu, teori Semantik dengan analisis semantik khusus makna dari Lyon (1976), Leech (1981) dan makna budaya menggunakan teori dari Van Dijk ( 2009 ) , Spradley (1972), serta teori Christomy (2010) untuk menjawab makna budaya.

Salah satu cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal disebut morfologi, sedangkan satuan gramatikal terkecil adalah morfem yang mencakup morfem dasar dan morfem berimbuhan (Verhaar, 2001).  Nida (1949 ) menjelaskan bahwa ada enam prinsip yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi morfem suatu bahasa.

Bickford dkk (1991) menjelaskan tentang teknik mengidentifikasi morfem yaitu: 1) Menemukan bagian – bagian yang berulang dengan makna tetap dan 2) Menemukan kontras dalam suatu kerangka.

Analisis sintaksis menggunakan teori sintaksis dari Givon (2003), sementara teori Makna dari Leech (1981) semantik dan makna budaya akan menggunakan teori dari Spradley (1979) dan Rahyono (2009), semiotika budaya oleh Christomy (2010).  Van Dijk ( 2009) memanfaatkan dan mengambil analisis linguistik tentang kosa kata, kalimat, proposisi dan paragraf untuk menjelaskan dan memaknai suatu teks.

Menurutnya, kognisi sosial merupakan dimensi untuk menjelaskan bagaimana suatu teks diproduksi oleh individu/ kelompok pembuat teks. Leech  (1981) menyatakan bahwa makna terdiri atas makna denotatif dan konotatif. Makna denotatif adalah makna sebenarnya dari kata. Makna denotatif sama dengan makna konseptual. Makna konotatif adalah makna diluar dari makna sebenarnya. Makna kiasan atau metaforis dari kata. Christomy (2010: 65-67) menjelaskan bahwa makna adalah sebuah satuan budaya (cultural unit) dan setiap pola makna merupakan hasil konvensi dalam kebudayaan manusia.
 
ANALISIS
Tiga tarian yang menjadi fokus kajian yakni tarian Lily royor, tarian Maengket , dan tarian Mahzani. Tarian itu berada di wilayah Minahasa, sebagai bagian dari Provinsi Sulawesi Utara. Hasil penelitian dan pembahasan terhadap lirik tarian Lily royor, tarian Maengket , dan tarian Mahzani yaitu sebagai berikut.
 
1. Bentuk lingual dan makna tarian Lily Royor, Maengket dan Mahzani.
2. Bentuk lingual  tarian Lily Royor, Maengket dan Mahzani.

Tarian mahzani yaitu jenis tarian masih dipraktekkan dalam masyarakat, baik saat sedang kerja bersama (kelompok mapalus), maupun saat  mengadakan pertemuan atau acara-acara tertentu.

Masyarakat Tombulu, khususnya petani  pedesaan di desa Woloan, mempraktekkan nyanyian Mahzani seiring dengan waktu kerja dalam kelompok mapalus.

Nyanyian ini ternyata dapat menghilangkan rasa lelah seseorang yang sedang bekerja, kemudian menambah semangat kerja seseorang.

Struktur nyanyian memiliki keseragaman pada tiga bagian besar: pendahuluan, isi nyanyian atau ide yang mau disampaikan, kemudian bagian penutup.

Bentuk lingual terdiri atas kata, frasa, dan kalimat. Kata terdiri atas kata tunggal dan kata berprefiks.

Tarian Maengket yakni Superstruktur memiliki pendahuluan, isi, dan penutupan, Terdapat tiga babak dalam pertunjukan tari tradisional Maengket.

Pada perkembanganya Tarian tradisional tersebut ditampilkan untuk berbagai keperluan seperti :
Upacara penyambutan , Panen , dan Pertunjukan seni, dan acara Syukuran.

Bentuk lingual tarian Maengket juga mirip dengan tarian Mahzani. Bentuk kata dalam tarian Maengket berarti posesif yaitu kepemilikan atau kepunyaan seseorang, misalnya iya’i ‘pemilik dari Opo tanah ini’ dan iti’i  ‘ masing‘. Lirik lagu Tarian Maengket memiliki  struktur  naratif diwarnai dengan nyanyian dari pemberi pesan langsung kepada partisipan lain yang sangat menentukan keutuhan dan suasana hati yang meliputi tuturan dan perspektif.

Struktur formal memiliki karakteristik tekstual sebagai satuan kebahasaan yang bercorak puitis dan meliputi hubungan ungkapan kalimat, kata, dan bunyi pada makro, superstruktur, dan mikro.

Tarian lily Royor memiliki struktur empat babak. Tarian itu dibawakan untuk menghibur pada acara Syukuran. 

Bentuk lingual lirik lagi tarian Lily royor yaitu  kata, frasa, dan klausa. Klitika muncul pada kata ilampang, ilingkoya, idani, ipayos, dan ilele.  I bukan prefix tapi bentuk klitika. Misalnya pemunculan   [ i-] yang dilekatkan pada kata dasar verba yaitu  ilampang ‘berjalanlah’, ipayos ‘bergoyanglah’,Ilεoŋ             ‘bermainlah’.    I lele             ‘mengikutilah’, Iliŋkoya‘ berlengganglah’ dan     I dani             ‘menirulah’. 

Bentuk lingual [i-]  merupakan klitik karena pelekatan [i-] terhadap kata dasar verba menghasilkan makna “lah”. Bentuk  lingual Lily Royor terdiri atas morfem dan kata yang sudah mengalami proses afiks seperti, prefiks, konfiks, infiks dan sufiks serta reduplikasi dan bentuk imperatif pada lagu pengiring tarian Lili Royor.

Tema lirik lagu yang mirip dengan lirik lagu Maengket atau Mah’zani yaitu tema doa,  percintaan anak muda, kasih, kegembiraan, dan menuai sesuai  standar realitas kehidupan yang dialami manusia atau orang yang berdiam di wilayah Minahasa. Tema tarian Lily Royor yang berbeda dengan tarian yang lain  di Minahasa adalah tema “mengasihi adik bungsu” dalam arti bahwa “adik bungsu juga diprioritaskan sebagaimana anak sulung dalam satu keluarga batih”. Tema itu tidak pernah ada pada Maengket dan Mah’zani.
 
Makna  tarian Lily Royor, Maengket dan Mahzani.

Makna tarian Lily Royor, Maengket dan Mahzani yakni makana denotatif, makna konotatif, serta makna budaya. Bentuk lingual terdiri atas kata, frasa, dan kalimat. Kata terdiri atas kata tunggal dan kata berprefiks. 

Makna denotatif muncul pada kalimat2 yang ada pada tarian Maengket dan Mahzani. Makna konotatif didapat pada tarian Lily Royor. Makna kaiasan terdapat pada kalimat
1.       wendu uman un sumosod,  mena ngkentur rambu – rambunan
Memang melelahkan mendaki gunung tinggi  yang lebat
dengan pepohonan’
            Taan  sa kita mine ka sosodo rumumber pa rege-regesan mulus
             ‘Tetapi apabila kita sudah mencapai  puncaknya, maka bersenang-senanglah kita di atas  sana  dengan  udara segar, dihembus angin yang sejuk.
2.      Maesa lalan lampangan
‘Satukan jalan yang dilalui’
              Ilele um pancasila       
             ‘Berpeganglah pada pancasila’
             Maesa kita. Lili royor e
            ‘Bersatulah kita, sayangku’
3.      Minekadiput ung kentur tamporok         
‘Mengitari gunung Tamporok (Klabat)’
 Kentur rakek  wia Minaesa
 ‘Gunung tinggi di Minahasa’
Kuramo ung kerakek kentur tamporok           
‘Sebagaimana tingginya gunung Tamporok]
 Tentu mong kerakek genangta          
 ‘Begitu pun tingginya cita-citaku’
 
Persamaan dan perbedaan antara tarian Lily Royor, tarian Maengket, dan tarian Mahzani yaitu sebagai berikut.

1. Persamaan antara tarian Lily Royor, tarian Maengket, dan tarian Mahzani yaitu sebagai berikut. Ketiganya merupakan tarian daaerah sebagai warisan budaya yang berasal dari wilayah tarian Minahasa. Tarian Mahzani muncul lebih  dahulu, diikuti oleh tarian Maengket, dan tarian Lily Royor. Ketiga tarian menggunakan lirik lagu bahasa daerah di Minahasa.

2. Perbedaan antara tarian Lily Royor, tarian Maengket, dan tarian Mahzani yaitu sebagai berikut.

Tema lirik lagu yang mirip dengan lirik lagu Maengket atau Mah’zani yaitu tema doa,  percintaan anak muda, kasih, kegembiraan, dan menuai sesuai  standar realitas kehidupan yang dialami manusia atau orang yang berdiam di wilayah Minahasa. Tema tarian Lily Royor yang berbeda dengan tarian yang lain  di Minahasa adalah tema “mengasihi adik bungsu” dalam arti bahwa “adik bungsu juga diprioritaskan sebagaimana anak sulung dalam satu keluarga batih”. Tema itu tidak pernah ada pada Maengket dan Mah’zani.

Struktur tarian Maengket dan Mahzani sama yakni tiga babak. Hal itu disebabkan karena ada hubungan erta antara tarian Mahzani dan Maengket. Sesuai hasil penelitian dari Riedel yakni tarian Mahzani merupakan ibu dari tarian Maengket. Ciri karakteristik dari syair lagu memang mirip hanya saja tarian Maengket ditemukan pada semua wilayah pemakaian bahasa daerah di Minahasa. Tarian Lily Royor memiliki struktur empat babak.

Tarian itu hanya ditemuakan di wilayah pemakaian bahasa Tonsea. Tarian Lily Royor memiliki bebrapa versi sesuai kampong asal tarian yakni tarian Lily Royor versi Kaasar, Manembo-nembo, dan versi Airmadidi.  Bentuk lingual tarian Lily royor memiliki klitik, sebaliknya klitik tidak didapati pada tarian Maengket dan tarian Mahzani. Makna lirik lagu tarian Maengket dan Mahzani mengandung makna denotatif. Sementara makan konotatif terdapat pada lirik lagu tarian lily Royor. Kata  gunung Klabat merujuk kepada cita-cita yang tinggi setinggi gunung Klabat. Kata cita-cita dikiaskan dengan gunung Klabat yang tinggi.
 
SIMPULAN

Bentuk dan makna tarian Lily Royor, Maengket, dan Mahzani yakni  Bentuk lingual terdiri atas kata, frasa, dan kalimat.

Kata terdiri atas kata tunggal dan kata berprefiks.  Lirik lagu tarian Lily Royor memiliki klitik i- ‘lah”.   Makna tarian Lily Royor, Maengket dan Mahzani yakni makana denotatif, makna konotatif, serta makna budaya.

Perbedaan antara tarian Lily Royor, tarian Maengket, dan tarian Mahzani yaitu tema dan struktur tarian. Tema tarian Lily Royor mengandung tema utama mengasihi adik bungsu. Tarian Maengket dan Mahzani merupakan tarian pada saat panen. Tarian Lily Royor ditampilkan sebagai hiburan pada acara Syukuran.

DAFTAR PUSTAKA

Christomy, T & Yuwono U, 2010. Semiotika Budaya. Depok: Pusat Penelitian
Denzin, Norman K & Lincoln, Yvonna S. (eds.). 2009. Handbook of Qualitative
Research. Terjemahan dari bahasa Inggeris 1997 oleh Dariyatno cs. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 
Djakaria, S. 2006. “Esagenang”. Jurnal Hasil Penelitian Jaranitra. Manado: Balai
Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Manado
Djayasudarma, F.T. 1993. Metode Linguistik. Ancangan Metode Penelitian Dan
Kajian. Bandung: PT. Eresco.
Eriyanto. 2009. Analisis Wacana. Pengantar
Fairclough, N. 1997. Analysing Discourse. Textual analysis for Social Research.
New York: Routledge
Folley, W.A. 1997. Anthropological Linguistics, An Introduction. Malden:
Blackwell Publishers, Inc
Halliday & Hassan.R. 1992. Language, Context and Text. Victoria: Deakin

University Press.                                                      
Kalangi, F.J. 2012. Kamus Tonsawang/Toundanow-Indonesia. Yayasan Institut
                         Seni Budaya Sulawesi Utara.
Katuuk, V. 2000. Ungkapan Bermakna Budaya Tentang Kesehatan Kelompok
                         Etnis Tonsea di Desa Talawaan. Manado: Program Pascasarjana Unsrat.
Kepel, P.P. 2003. Perumpamaan Dalam Bahasa Tonsea. Manado: Percetakan
                         Wenang & Toko Lima
Leech, G. 1981. Semantics. The Study of Meaning. Suffolk, Great Britain: Richard
                         Clay Ltd.
Mantiri, E. 2018. Lirik ‘Marambak’ Cerminan Pola Pikir Membangun Rumah
                         Tinggal Orang Tombulu Di Minahasa. Manado: PascaSarjana Universitas Sam Ratulangi.
Moningka, B. 1992. Tetambaken Wo Panginayoan Witu U Reraghesan Si
                         Empung. Bitung: Badan Pekerja Sinode GMIM
Nida, E.A. 1949. Morphology. The Descriptive Analysis of Words. Ann Arbor
                         USA: The University of Michigan Press.
Pamantung, R. 2015. Taksonomi Nomina Aspek Makanan dan Minuman  Khas Minahasa. Disertasi, Universitas Udayana.
Pinontoan, A. 1999. Reduplikasi Bahasa Tonsea. Manado: FPBS IKIP
Rahyono, F.X. 2009. Kearifan Budaya Dalam Kata. Jakarta: Penerbit Wedatama
                         Widya Sastra.
Rattu, J. A. 2017. Kebertahanan Nilai Religi dan Keberlanjutan Kepempinan Perempuan dalam Pagelaran Maengket Makamberu : Kajian Tradisi Lisan pada Etnik Minahasa di Sulawesi Utara. Disertasi Depok : Universitas Indonesia
Renwarin, P.R. 2007. Matuari wo tona’as. Jilid I Mawanua. Jakarta: Cahaya
                         Pineleng.
Renwarin, P.R. 2012. Opo Empung – Wailan.Yang Ilahi Dalam Lirik Tembang
                         Minahasa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Rumengan, P. 2010. Maengket – Seni Tradisional Orang Minahasa.
                         Perkembangan Dan Permasalahan Vol.1. Yogyakarta: Program
                         Pascasarjana ISI
Salea, dkk. 1978.  Struktur Bahasa Minahasa (Tombulu, Tonsea, Tondano).  Manado: Tim Peneliti Fakultas Sastra Universitas Samratulangi.

Sangari, F.E.H. 2011. Ungkapan Verbal dan NonVerbal Bermakna Budaya
                         Dalam Tari Maengket Imbahasan Versi Masyarakat Kali Kecamatan
                         Pineleng. Tesis. Manado: Program Pascasarjana Universitas Samratulangi.
Sibarani, R. 2012. Kearifan Lokal. Hakikat, Peran, Dan Metode Tradisi Lisan.
                         Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan (ATL)
Sudaryanto, 2015. Metode Dan Aneka Teknik Analisis Bahasa.Pengantar
                         Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis.Yogyakarta: Penerbit
                                      Universitas Sanata Dharma Anggota APPTI
Spradley, J. 1979. The Etnographic Interview. Belmon California: Wadsworth
                         Thomson Learning.
Talangi, A. A. 2017. Mahzani. Suatu Kajian Antropologi Budaya. Pineleng:
                       Percikan Hati.
Tambuwun, E.M. 2005. Tata Bahasa Tontemboan Jilid I & II. Amurang: Dinas
             Pendidikan Minahasa Selatan.
Taulu, H.M. 1953. Lagu- Lagu Rakyat 10 Buah Minahasa dan 1 Buah Indonesia.
                         Jakarta: Departemen P & K.
Van Dijk, T.A. 1985. Handbook of Discourse Analysis Volume 1. Disciplines of
                         Discourse. London, Orlando, San Diego, New York, Toronto, Montreal,
                          Sydney, Tokyo: Academic Press.
Verhaar, J.W.M. 2001. Asas- Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
                         University Press.
Wouw, J. van de. 1973. Bahan untuk Tata Bahasa Tombulu. Mimeograf yang diperbanyak dan diedarkan oleh Pusat Dokumentasi Bahasa-bahasa Daerah, STFT Driyarkara. Jakarta Pusat.
Wouw, J. van de. 1971. A Nuwu’ Ne Tombulu’ Rinewok Wo Ni Imek Pina’Tuli-Tulian Ni Pastor Ne Toumu’ung. Sinawang Ni Mester Tu’a. Tomohon: mimeograph.
Zoest, van A. 1993. Semiotika. Tentang Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita
                         Lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.



LAMPIRAN
BIODATA
1.    a. Nama                          :     Victorien    Katuuk
     b. Institusi                      :      Universitas Sam Ratulangi Manado
     c. Alamat surel              :     victorienkatuuk@gmail.com
     d. Pendidikan terakhir :      Program S3 Linguistik Universitas Sam Ratulangi
     e. Minat Penelitian       :      Linguistik

2.  a.  Nama                          :    Rina Palisuan Pamantung
      b. Institusi                      :     Universitas Sam Ratulangi Manado
     c.  Alamat surel              :     r.pamantung@yahoo.com
     d.  Pendidikan terakhir :      Program S3 Linguistik Universitas Udayana, Bali

     e. Minat Penelitian       :      Linguistik