DEMONSTRASI di Hong Kong makin panas dan meluas. Sejumlah Negara telah mengeluarkan travel warning. Namun sejauh ini, situasi politik di Hong Kong itu tidak menghalangi niat warga Manado untuk berwisata di Hong Kong. โAman sekali,โ aku Ibu Iriany, warga Manado yang sedang berwisata di Hong Kong ketika diwawancarai via whats app, kemarin (06/08).
Ibu Iriany bersama rombongan juga terlihat membagikan sejumlah foto di sejumlah jalanan di Hong Kong yang cukup lengang. Warga Sulut lainnya yang baru saja datang dari Hong Kong kepada Koran ini mengatakan, wisatan aman-aman saja di Negara tersebut karena aksi demo hanya terjadi di tempat tertentu saja.
Sementara Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Hong Kong mengeluarkan imbauan kepada seluruh warga negara Indonesia (WNI), agar menjauhi lokasi unjuk rasa. Daerah yang harus dijauhi adalah Admiralty dan Central. “Sedapatnya menghindari wilayah Admirality dan Central yang menjadi pusat penumpukan massa,” kata Pelaksana Konsul Jenderal RI di Hong Kong Mandala S Purba.
KJRI juga meminta WNI mematuhi segala perintah dan arahan dari penegak hukum Hong Kong. Selain itu, KJRI meminta WNI di Hong Kong tidak melanggar tata tertib serta aturan yang berlaku. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, liburan ke Hong Kong masih relatif aman. Hanya disarankan jangan ke daerah Central dan Admiralty saja. Jika berencana pergi ke tempat wisata di kawasan itu, batalkan saja. Ganti dengan tempat-tempat wisata di daerah lain di Hong Kong. Misalnya, daerah Kowloon jauh dari lokasi unjuk rasa dan banyak juga tempat wisata di sana.
Secara terpisah, Pemerintah China kembali memperingatkan para demonstran Hong Kong pada Selasa 6 Agustus 2019 kemarin. Beijing mengatakan pengunjuk rasa tidak boleh meremehkan “kekuatan besar pemerintah pusat.” “Kami ingin menjelaskan kepada sekelompok kecil penjahat yang tidak bermoral dan kejam serta pasukan kotor di belakang mereka – mereka yang bermain api akan binasa karenanya,” kata China dalam sebuah dokumen, lapor Channel News Asia dikutip Selasa (06/08). Pernyataan itu datang sebagai peringatan kuat dari China atas protes yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir. Khususnya, dengan adanya kekacauan akibat bentrok selama berminggu-minggu. Demonstrasi yang dimaksud awalnya disebabkan oleh RUU ekstradisi yang akan memungkinkan warga Hong Kong untuk diadili oleh pemerintah China daratan. Namun, gerakan itu berkembang masif hingga menuntut reformasi demokrasi.
Saat ini, pemerintah di Beijing masih dengan tegas mendukung kepolisian Hong Kong yang terlibat bentrok dengan demonstran beberapa waktu terakhir. Tak hanya itu, China juga tengah bersikukuh mempertahankan kepemimpinan Carrie Lam yang menghadapi tuntutan dari massa aksi untuk mengundurkan diri. (sbr/rik)

redaksikomentaren@gmail.com