oleh

Corona dan Hilangnya 21 Juta Penggguna HP di China

SAAT pandemi virus corona covid-19 melanda, handphone menjadi sarana penting bagi masyarakat mendapatkan informasi dan hiburan. Terlebih ketika social distance diwajibkan, bahkan penerapan lockdown dilakukan di sejumlah Negara.

Bagi China sendiri, handphone dijadikan senjata efektif dalam peperangan melawan covid-19 yang muncul pertama kalinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei.  

Lewat handphone, pemerintah China meluncurkan kode kesehatan berbasis. Semua warga Tiongkok diminta diharuskan mendownload aplikasi khusus di ponselnya. Mereka kemudian diwajibkan mendaftarkan informasi kesehatan mereka dengan benar. Warga China akan berpikir 1000 kali untuk mengisi data yang tidak benar, karena mereka tahu pemerintahannya โ€˜super tegasโ€™.

Aplikasi yang sudah terisi data dan informasi warga negaranya itu, memberi tanda dengan kode QR yang muncul dalam tiga warna. Warna itu sesuai level kesehatan si pengguna ponsel. Merah artinya di pengguna handphone sedang terpapar penyakit menular, kuning berarti orang itu berpeluang terjangkit penyakit menular, dan hijau tidak terjangkit penyakit menular.  Hanya berbekal aplikasi smartphone itu, pemerintah China bisa ketahui siapa yang sehat dan siapa yang tertular di negaranya.

Data dalam aplikasi handphone masing-masing menjadi semacam โ€˜identitas pentingโ€™ bagi mereka beraktivitas. “Rezim China mewajibkan semua warga memakai ponsel mereka untuk mendapatkan kode kesehatan. Hanya mereka yang memiliki kode kesehatan hijau dibolehkan bepergian di dalam negeri saat ini. Mustahil bagi seseorang untuk menghapus akun ponselnya,” ungkap Tang Jingyuan, pengamat China di Amerika Serikat kepada The Epoch Times 21 Maret lalu, seperti dilansir laman Al Arabiya, Selasa (31/03).

Nah terkait data pengguna handphone di China yang terintegrasi dalam aplikasi level kesehatan, Harian The Epoch Times melaporkan ada 21 juta pengguna ponsel di China tiba-tiba lenyap atau tidak aktif dalam beberapa bulan terakhir.  Angka pengguna ponsel merosot dari 1.601 miliar menjadi 1,51 miliar, turun 21 juta. Kemana mereka?

“Pertanyaan besarnya adalah apakah turun drastisnya angka pengguna ponsel menandakan akun-akun ponsel itu sudah ditutup karena pemiliknya meninggal?” kata laporan Epoch Times.

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka kematian di Italia mencapai 10.781 dari 97.689 kasus dan di China 3.310 kematian dari total 82.447 kasus positif Covid-19. Angka itu menunjukkan tingkat kematian di Italia mencapai 11,03 persen dan di China 4,01 persen, meski China memiliki jumlah populasi yang lebih banyak.

Epoch Times juga menyebut “ada tujuh rumah pemakaman di Wuhan yang dilaporkan mengkremasi mayat 24 jam sehari, tujuh hari sepekan, pada akhir Januari lalu” dan “Provinsi Hubei sudah mengerahkan 40 fasilitas krematorium yang masing-masing mampu membakar lima ton sampah medis dan mayat per hari, sejak 16 Februari.”

Selanjutnya Epoch Times mengatakan, “minimnya data menjadi misteri angka kematian sebenarnya di China. Terhapusnya 21 juta pengguna ponsel bisa menjadi dugaan angka kematian sebenarnya jauh lebih tinggi dari angka yang dilaporkan selama ini.” (epc/mdc)